- Warga Ambokembang demo rekanan proyek tol Pemalang-Batang
Kedungwuni, Wartadesa. – Pegiat Front penegak Keadilan Masyarakat (FKPM) Moh. Fajari berharap agar Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Pekalongan merespon serius terhadap dampak pembangunan jalan tol ruas Pemalang-Batang khususnya dampak kesehatan, ekonomi maupun jiwa warga terdampak. Hal tersebut disampaikan saat dihubngi Wartadesa, Senin (20/3) terkait dengan demo yang dilakukan oleh warga Desa Ambokembang Kecamatan Kedungwuni, Ahad (19/3) lalu.
“Saya harap Pemda merespon serius terhadap dampak tol yang terjadi dimasyarakat. Jangan biarkan masyarakat berjuang sendiri,” tegas Fajari.
Fajari menambahkan bahwa masyarakat sudah rela melepaskan lahan untuk mendukung program pemerintah, namun juga harus memperhatikan dan meminimalisir dampak yang berimbas kepada warga.
“Masyarakat sudah rela melepaskan lahan untuk mendukung program pemerintah, jadi dampaknya juga harus diperhatikan,” tambah Fajari.
Sebelumnya, warga Desa Ambokembang Kecamatan Kedungwuni Kabupaten Pekalongan menggelar aksi demo terkait dengan dampak pembangunan jalan tol ruas Pemalang-Batang. Demo yang digelar hari Ahad, (19/3) lalu menuntut PT Dirgantara selaku pelaksana proyek pengurukan tanah tol memperhatikan dampak buruk keselamatan warga.
Adi Atma menuturkan demo yang hanya dilakukan oleh warga tanpa didampingi pemerintah desa setempat menuntut keselamatan warga pengguna jalan raya Ambokembang yang sering menjadi korban kecelakaan jalan akibat jalan licin disebabkan oleh ceceran material tanah urugan yang terkena hujan karena tidak segera dibersihkan.
Selain itu, warga juga menuntut PT Dirgantara bertanggung-jawab terhadap dampak buruk kesehatan warga yang menderita penyakit batuk, liver dan sakit mata akibat terkena debu tanah urugan jalan tol.
Pedagang dan toko yang berada disekeliling proyek tol di Desa Ambokembang juga merasakan dampak buruk pembangunan jalan tol yang dinilai kurang memperhatikan ‘kemanan kerja’. Banyak pemilik toko dan warung yang memilih untuk tutup karena imbas debu yang menempel pada makanan para pedagang. Akibatnya pembeli tidak mau membeli dagangan mereka karena terkontaminasi debu. Pembeli khawatir dengan debu yang bercampur dengan makanan akan berdampak buruk bagi kesehatan mereka.
Warga juga menuntut pihak kontraktor menertibkan dump-truck yang hilir-mudik ke area pembangunan tol. Ulah sopir dump-truck yang sering ngebut, dianggap meresahkan karena simpang siur mobil besar alias truk di jalan hingga warga susah dan takut untuk menyebrang ke masjid.